Upacara
siraman biasa dilakukan pada siang atau sore hari sebelum Ijab atau upacara pernikahan. Hal ini
bertujuan untuk membersihkan jiwa dan raga dari keburukan (mbucal sukerta).
Siraman biasanya dilakukan di kamar mandi ataupun tempat yang sengaja disiapkan dengan desain sedemikian rupa layaknya taman pemandian. Siraman dilakukan oleh orang tua dan dilanjutkan keluarga. Sebagai penutup, acara siraman ditutup oleh Pemaes (Juru rias pengantin) yang kemudian dilanjutkan dengan memecahkan kendi pratala.
Siraman biasanya dilakukan di kamar mandi ataupun tempat yang sengaja disiapkan dengan desain sedemikian rupa layaknya taman pemandian. Siraman dilakukan oleh orang tua dan dilanjutkan keluarga. Sebagai penutup, acara siraman ditutup oleh Pemaes (Juru rias pengantin) yang kemudian dilanjutkan dengan memecahkan kendi pratala.
Jika
memungkinkan, air yang digunakan dalam acara siraman diambil dari tujuh mata
air yang dicampur dengan bunga (kembang
setaman) yang disebut Banyu Perwitosari. Sebagian Banyu
Perwitosari ada yang dikirim ke rumah keluarga pengantin pria dan menuangkannya
di dalam rumah.
Beberapa hal
yang harus dipersiapkan sebelum acara siraman dimulai:
- Wadah dari perunggu atau tembaga yang berisi air dari tujuh mata air dan Kembang setaman (mawar, melati, cempaka, kenanga).
- sabun dengan 5 aroma yang berbeda.
- Shampoo tradisional dari abu merang, santan, dan air asam Jawa.
- Kendi pratala.
- Gayung yang berasal dari kulit kelapa.
- Kursi yang dilapisi tikar, kain putih, dedaunan, kain lurik sebagai tempat duduk pengantin selama prosesi siraman.
- Baju batik untuk dipakai setelah uparaca siraman.
- Kembang telon (Kenanga, melati, cempaka), Tumpeng Robyong, Tumpeng Gundhul, buah-buahan dan aneka jajanan.
Dalam acara
siraman terdapat beberapa tahapan. Setelah siap di kursi tempat siraman,
kemudian pengantin mengambil posisi duduk dengan kedua tangan layaknya berdo’a.
Siraman pertama kali dilakukan oleh bapak dan disusul oleh ibu.
Air
dituangkan ke atas tangan pengantin dan ke atas kepalanya, muka, telinga,
leher, dan kaki masing masing sebanyak tiga kali. Setelah prosesi dari kedua
orang tua selesai maka dilanjutkan empat orang lainnya yang dianggap penting.
Terakhir kalinya dilakukan oleh pemaes (juru rias).
Acara pecah kendi (pecah pamor) dilakukan oleh ibu pengantin perempuan sebagai penutup acara.
Acara pecah kendi (pecah pamor) dilakukan oleh ibu pengantin perempuan sebagai penutup acara.
Setelah
selesai acara siraman kemudian pengantin menjalani ritual pangkas rambut (petet rikma), dengan cara memotong
sedikit rambut pengantin perempuan dan potongan rambut tersebut ditanam di
belakang rumah. Selain itu, pengantin juga mengikuti acara Ngerik, Gendhongan, dan dilanjutkan acara Dodol Dhawet oleh kedua orang tua.
Selama
proses acara siraman tentu tak terlepas dari peran seorang pembawa acara (Pambiwara /
Pambyawara). Lebih
relevan bahasa yang digunakan adalah Bahasa Jawa. Untuk lebih jelasnya, berikut
saya lampirkan contoh naskah pembawa acara dalam acara siraman dengan
menggunakan Bahasa Jawa lengkap dengan keterangan dalam Bahasa Indonesia.
UPACARA SIRAMAN CALON PENGANTIN PUTRI DAN ACARA
SADE DAWET
Kelancaran jalannya acara siraman tentu tidak
terlepas dari peran seorang pembawa acara (Pambiwara / Pambyawara). Untuk itu,
ada baiknya acara dihandle oleh orang yang sudah profesional.
Susunan acara siraman biasanya terdiri dari :
- PEMBUKAAN (ATUR BEBUKA BADHE ACARA SIRAMAN)
- SUNGKEM (PAMBIWARA NGATURI MIJILIPUN (CALON) TEMANTEN PUTRI SAKING SASANA BUSANA SAPERLU SUNGKEM RAMA-IBU)
- CALON PENGANTIN MENUJU TEMPAT SIRAMAN (PAMBIWARA NYAOSI PRIKSA BILIH SUNGKEM DHUMATENG RAMA IBU SAMPUN PARIPURNA, CALON TEMANTEN PUTRI NUNTEN KAKANTHI MANJING PAPAN PASIRAMAN)
- SIRAMAN (PAMBIWARA NYAOSI PRIKSA PURWAKANING ACARA SIRAMAN)
- PECAH PAMOR (PAMBIWARA NYAOSI PRIKSA PURNANING SIRAMAN TINUTUP ACARA PECAH PAMOR)
- POTONG RAMBUT (PAMBIWARA NYAOSI PRIKSA WONTEN ING ACARA PETHET RIKMA)
- DO’A / WILUJENGAN (PAMBIWARA NYAOSI PRIKSA BADHE TUMAPAK ACARA WILUJENGAN TUMPENG ROBYONG PRATANDHA SUKA SYUKUR SINARTAN DONGA MURIH WILUJENG KALIS ING RUBEDA)
- MAKAN TUMPENG (PAMBIWARA NYARIOSAKEN LAMPAHING DHAHAR TUMPENG WILUJENGAN)
- SADE DAWET (PAMBIWARA NYAOSI PRIKSA BADHE TUPAMAK ACARA SADE DHAWET)
- PENUTUP (PAMBIWARA NGATURAKEN PANUTUPING ACARA SIRAMAN SADHE DHAWET)
Comments
Post a Comment